BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Kebutuhan utama konsumen saat ini bukan hanya sekedar sandang, pangan, dan papan tetapi perawatan tubuh dan kosmetik juga menjadi kebutuhan utama konsumen saat ini, baik itu pria maupun wanita. Konsumen berhak memilih produk perawatan dan produk kecantikan yang mereka inginkan berhubung dengan semakin banyaknya produk perawatan dan produk kecantikan yang tersedia dipasaran. Pada umunya perawatan dan kecantikan identik dengan wanita, namun tidak menutup kemungkinan para pria juga membutuhkan perlakuan khusus untuk merawat tubuhnya. Banyaknya produk yang beredar dipasaran yang menjadi pilihan konsumen.
Sebuah trend baru dalam bidang kecantikan yaitu
dengan adanya trend sehat dan aman terhadap lingkungan, trend tersebut menjadi
peluang bagi para pembisnis dalam menarik perhatian konsumen dengan menciptakan
produk yang aman bagi kesehatan dan berkontribusi terhadap lingkungan.
Adanya perubahan pada
perilaku konsumen, kebijakan perusahaan mulai berubah untuk menjadikan dunia
yang lebih baik. Dengan adanya perubahan nilai terhadap lingkungan menjadikan
perusahaan berubah memperbaiki diri dengan menjadikan bisnisnya sebagai bisnis
yang ramah lingkungan, memperhatikan limbah perusahaan, dan lain sebagainya.
Hal tersebut membuat konsumen lebih jeli terhadap pemilihan produk yang
berdampak pada lingkungan terutama dampak pada pemakaiannya.
The Body Shop
sebagai pelopor produk perawatan tubuh dan produk kosmetik yang ramah
lingkungan sejak tahun 1976 menawarkan berbagai macam produk yang digunakan
untuk pribadi seperti make-up, sabun
cair, bedak, parfum, pencuci rambut, dan lain-lain. Produk tersebut harus aman
dignakan oleh tubuh dan ramah lingkungan.
Strategi The Body
Shop yaitu memberikan kesan ramah lingkungan yang mempunyai dampak yang minim
terhadap lingkungan untuk membangun citra merk The Body Shop sebagai yang lebih
dikenal sebagai green branding strategy.
Kami melakukan
penelitian terhadap konsumen The Body Shop di Bandung khususnya di counter
Bandung Indah Plaza (BIP) terhadap 30 responden, mereka berpendapat bahwa telah
merasakan kepuasan terhadap produk yang mereka beli di The Body Shop
dibandingkan dengan merk lokal, meskipun pada segi harga produk The Body Shop
lebih mahal dibanding kosmetik merk lokal lainnya. Mereka juga mengungkapkan
cukup sulit untuk mendapatkan informasi produk-produk dan informasi lainnya mengenai The Body Shop
karena terbatassnya ruang promosi yang dilakukan. Hal tersebut mungkin
dikarenakan segmentasi dan target pasar yang dibidik oleh The Body Shop yaitu
untuk kelas menengah ke atas, sehingga hanya orang-orang tertentu yang
mengetahui informasi mengenai The Body Shop.
Berdasarkan uraian
di atas, maka kami tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Promosi terhadap Keputusan
Pembelian Konsumen The Body Shop”.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan di atas,
ditentukan perumusan masalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana
tanggapan responden mengenai promosi yang dilakukan The Body Shop ?
2.
Bagaimana
tanggapan responden mengenai keputusan pembelian terhadap produk The Body shop
?
3.
Seberapa besar
pengaruh promosi terhadap keputusan pembelian produk The Body Shop ?
1.3.Tujuan Penelitian
Sesuai rumusan
masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai
beriku :
1.
Untuk mengetahui
tanggapan responden mengenai promosi yang dilkukan The Body Shop
2.
Untuk mengetahui
tanggapan responden mengenai keputusan pembelian pada produk The Body Shop
3.
Untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh promosi terhadap keputusan pembelian produk The Body
Shop
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Promosi
Komunikasi
pemasaran (marketing communication) atau
lebih dikenal dengan promosi adalah sarana dimana perusahaan berusaha
menginformasikan, membujuk, dan
mengingatkan konsumen secara langsung maupun tidak langsung tetang
produk dan merej yang dijual. Intinya komunikasi pemasaran mempresentasikan
“suara” perusahaan dan mereknya serta merupakan sarana di mana perusahaan dapat
membuat dialog dan membangun hubungan dengan konsumen. (Kotler, 2009)
Menurut Kotler
(2009) terdapat delapan bauran komunikasi pemasaran, yaitu :
1.
Iklan
Semua bentuk terbayar dari presentasi nonpersonal dan
promosi ide, barang atau jasa melalui sponsor yang jelas.
2.
Promosi penjualan
Berbagai insentif jangka pendek untuk mendorong
percobaan atau pembelian produk atau jasa.
3.
Acara dan Pengalaman
Kegiatan dan program yang disponsori perusahaan yang
dirancang untuk menciptakan interaksi harian atau interaksi yang berhubungan
dengan merek tertentu.
4.
Hubungan masyarakat dan Publisitas
Beragam program yang dirancang untuk mempromosikan
atau melindungi cara perusahaan atau produk individunya.
5.
Pemasaran langsung
Penggunaan surat, telepon, facsimile, e-mail, atau
internet untuk berkomunikasi secara langsung dengan atau meminta respons atau
dialog dari pelanggan dan prospek tertentu.
6.
Pemasaran interaktif
Kegiatan dan program online yang dirancang untuk melibatkan
pelanggan atau prospek dan secara langsung atau tidak langsung menigkatkan
kesadaran, memperbaiki citra, atau menciptakan penjualan produk dan jasa.
7.
Pemasaran dari mulut ke mulut
Komunikasi lisan, tertulis, dan elektronik antar
masyarakat yang berhubungan dengan keunggulan atau pengalaman membeli atau
menggunakan produk atau jasa.
8.
Penjualan personal
Interaksi tatap muka dengan satu atau lebih pembeli
prospektif untuk tujuan melakukan presentasi, menjawab pertanyaan, dan
pengadaan pesanan.
Pada intinya
promosi adalah kegiatan interaksi antara produsen dan konsumen dalam memberikan
keterangan mengenai produk maupun jasa yang ditawarkan. Dari beberapa jenis
bauran komunikasi pemasaran atau promosi yang lebih efektif adalah promosi dari
mulut ke mulut karena promosi tersebut sesuai dengan kenyataan dan pengalaman
konsumen mengenai produk ataupun jasa yang ditawarkan, selain itu promosi dari
mulut ke mulut lebih hemat biaya.
Menurut Alma dalam
Hurriyati (2010) pengertian promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran
yang merupakan aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi,
mempengaruhi atau membujuk, dan atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan
dan produknya agar bersedia menerima, membeli dan loyal pada produk yang
ditawarkan perusahaan yang bersangkutan.
BAB III
PROFIL PERUSAHAAN
3.1. Sejarah The Body
Shop
The Body Shop
didirikan oleh Dame Anita Roddick, seorang wanita Inggris yang juga merupakan
aktivis hak asasi manusia. Menurutnya, “Bisnis dari sebuah bisnis harus menjadi
lebih dari sekedar mengumpulkan uang, tetapi juga harus bertanggung jawab.
Harus menjadi bermanfaat terhadap masyarakat, dan bukan hanya ketamakkan
pribadi saja”. Toko pertama The Body Shop dibuka pertama kali pada tanggal 26
Maret 1976 di Bringhton, daerah Selatan pantai Inggris. Pada saat ini, The Body
Shop telah memiliki lebih dari 2.500 toko di 65 negara, dan telah menghasilkan
lebih dari 1.200 produk. (Fatimah, 2012 :41).
The Body Shop
bukan sekedar bisnis biasa karena memiliki prinsip yang berbeda dengan bisnis
kosmetik lainnya. Dengan filosofinya, "Nature’s Way to Beautiful‟, memberitahukan
kepada pelanggannya bahwa cantik itu berasal dari alam dan juga dari dalam
tubuh manusia itu sendiri. Hal tersebut terlihat dari keuntungan yang
ditawarkan oleh perusahaan ini. Ia tidak menjanjikan akan mengubah wajah
seseorang dalam waktu tertentu atau dengan menipu pelanggannya. Tetapi
menawarkan dua keuntungan yang tidak diberikan oleh perusahaan kosmetik
lainnya, yaitu : membeli produk kosmetik alami dan mendapatkan gratis keadilan
sosial. (Fatimah, 2012 :41-42).
Yayasan etik dari The
Body Shop.
Dame Anita Roddick, yang mendirikan perusahaan tersebut pada tahun 1976 pada usia 34 tahun, mengatakan bahwa motivasi awalnya untuk perusahaan tersebut hanyalah mencari nafkah untuk dirinya sendiri dan kedua putrinya saat suaminya bepergianTapi sebagai seseorang yang telah melakukan perjalanan secara luas, dia mulai melakukan berbagai hal secara berbeda, mengandalkan bahan-bahan alami dan minat pelanggannya terhadap lingkungan.
"Mengapa membuang-buang wadah saat Anda bisa mengisinya? Mengapa membeli lebih banyak dari yang bisa Anda gunakan? Kami berperilaku seperti dia (ibu saya) lakukan dalam Perang Dunia Kedua, kami menggunakan kembali segalanya, kami mengisi ulang semuanya dan kami mendaur ulang semua yang kami bisa. .
"Landasan aktivis lingkungan The Body Shop lahir dari gagasan seperti ini,"tulisnya.
Logo The Body Shop :
Gambar diatas
merupakan logo dari The Body Shop. Dimana logo tersebut berwarna hijau tua yang
jika kita lihat, warna hijau tersebut melambangkan warna alam dan lingkungan yang
sesuai dengan prinsip The Body Shop, go green, walaupun menggunakan bahan-bahan
dari alam tetapi juga berupaya untuk melindungi alam dan lingkungan ini. Logo
tersebut juga sesuai dengan slogan The Body Shop yaitu: Nature’s Way to
Beautiful. (Fatimah, 2012 : 42-43).
The Body Shop masuk ke Indonesia pada
tahun 1992 dengan sistem franchise, berada di bawah naungan PT. Monica Hijau
Lestari yang berlokasi di Jalan Prof. Dr. Satrio blok A3/5, CBD Bintaro Jaya
sektor 7, Tangerang. The Body Shop secara resmi membuka toko pertamanya di
Pondok Indah Mall, Jakarta Selatan. Dengan pemikiran bahwa masyarakat yang
peduli terhadap isu lingkungan adalah mereka yang umumnya berada di status
sosial dan pendidikan relatif tinggi, ditambah kalangan ekspat, pemikiran tersebutlah
yang melandasi dibukanya toko pertama di Pondok Indah Mall tersebut. Dan toko
kedua dibuka di Citraland, dapat dikatakan tidak ada satupun yang mengenal The
Body Shop di mall ini. Namun, mall ini dinilai prospektif dan dikunjungi
anak-anak muda, sehingga The Body Shop memberikan tester secara gratis pada
waktu itu. Dan saat ini Indonesia sudah memiliki 76 toko The Body Shop.
(Fatimah, 2012 : 57-58)
The Body Shop Indonesia mempunyai
program berkomitmen yang disebut perkantoran hijau (green office) dimana
kebijakan mengenai perilaku hijau (green behavior) diatur secara ketat.
Upayanya adalah untuk mengurangi jumlah sampah, hemat energi, mendorong
perilaku hijau 7 (green behavior), mengubah sampah makanan menjadi kompos,
menambah lebih banyak lubang infiltrasi biopore. Dan hal yang paling penting
adalah kebijakan „No Styrofoam in The Office‟ yang menunjukkan komitmen The
Body Shop Indonesia untuk melarang barang-barang yang sulit diolah dan sumber
polusi yang berat. Karena kebijakan yang ketat dan usaha semua staf, The Body
Shop Indonesia memenangkan kompetisi Green Office pada tahun 2009. (Company
profile The Body Shop Indonesia, 2011)
3.2. Visi dan Misi The Body Shop
3.2.1.
Visi
Menjadi
brand kecantikan yang dikenal sebagai brand yang ramah lingkungan dan etis, serta
menyediakan beragam pilihan produk alami yang efektif dengan pelayanan yang
baik.
3.2.2.
Misi
1.
Kepada Pelanggan
Merebut
dan memenangkan hati serta pikiran pelanggan dengan menyediakan produk yang
menunjang gaya hidup terkini dan menciptakan kesan yang mendalam, di setiap
pasar yang kita masuki.
2.
Kepada Lingkungan
Menjadi
contoh sebagai warga negara yang baik dalam mematuhi peraturan pemerintah dan
mengambil peran dalam masyarakat.
3.
Kepada Pemegang Saham
Meningkatkan
nilai tambah bagi pemegang saham dengan kinerja keuangan yang kokoh dan
berkelanjutan.
4.
Kepada Karyawan
Membangun
lingkungan kerja yang menyenangkan dan penuh penghargaan bagi karyawan yang
mampu bekerja dengan sepenuh hati dan pikiran, dapat diandalkan serta
bertanggung jawab.
5.
Kepada Mitra Kerja
Membangun
dan mengembangkan hubungan berdasarkan kemitraan strategis.
3.3. Struktur Organisasi The Body Shop
Struktur
organisasi The Body Shop, yaitu sebagai berikut :