Senin, 11 Desember 2017

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kebutuhan utama konsumen saat ini bukan hanya sekedar sandang, pangan, dan papan tetapi perawatan tubuh dan kosmetik juga menjadi kebutuhan utama konsumen saat ini, baik itu pria maupun wanita. Konsumen berhak memilih produk perawatan dan produk kecantikan yang mereka inginkan berhubung dengan semakin banyaknya produk perawatan dan produk kecantikan yang tersedia dipasaran. Pada umunya perawatan dan kecantikan identik dengan wanita, namun tidak menutup kemungkinan para pria juga membutuhkan perlakuan khusus untuk merawat tubuhnya. Banyaknya produk yang beredar dipasaran yang menjadi pilihan konsumen.
Sebuah trend baru dalam bidang kecantikan yaitu dengan adanya trend sehat dan aman terhadap lingkungan, trend tersebut menjadi peluang bagi para pembisnis dalam menarik perhatian konsumen dengan menciptakan produk yang aman bagi kesehatan dan berkontribusi terhadap lingkungan.
Adanya perubahan pada perilaku konsumen, kebijakan perusahaan mulai berubah untuk menjadikan dunia yang lebih baik. Dengan adanya perubahan nilai terhadap lingkungan menjadikan perusahaan berubah memperbaiki diri dengan menjadikan bisnisnya sebagai bisnis yang ramah lingkungan, memperhatikan limbah perusahaan, dan lain sebagainya. Hal tersebut membuat konsumen lebih jeli terhadap pemilihan produk yang berdampak pada lingkungan terutama dampak pada pemakaiannya.
The Body Shop sebagai pelopor produk perawatan tubuh dan produk kosmetik yang ramah lingkungan sejak tahun 1976 menawarkan berbagai macam produk yang digunakan untuk pribadi seperti make-up, sabun cair, bedak, parfum, pencuci rambut, dan lain-lain. Produk tersebut harus aman dignakan oleh tubuh dan ramah lingkungan.
Strategi The Body Shop yaitu memberikan kesan ramah lingkungan yang mempunyai dampak yang minim terhadap lingkungan untuk membangun citra merk The Body Shop sebagai yang lebih dikenal sebagai green branding strategy.
Kami melakukan penelitian terhadap konsumen The Body Shop di Bandung khususnya di counter Bandung Indah Plaza (BIP) terhadap 30 responden, mereka berpendapat bahwa telah merasakan kepuasan terhadap produk yang mereka beli di The Body Shop dibandingkan dengan merk lokal, meskipun pada segi harga produk The Body Shop lebih mahal dibanding kosmetik merk lokal lainnya. Mereka juga mengungkapkan cukup sulit untuk mendapatkan informasi produk-produk  dan informasi lainnya mengenai The Body Shop karena terbatassnya ruang promosi yang dilakukan. Hal tersebut mungkin dikarenakan segmentasi dan target pasar yang dibidik oleh The Body Shop yaitu untuk kelas menengah ke atas, sehingga hanya orang-orang tertentu yang mengetahui informasi mengenai The Body Shop.
Berdasarkan uraian di atas, maka kami tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Promosi terhadap Keputusan Pembelian Konsumen The Body Shop”.

1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan di atas, ditentukan perumusan masalah sebagai berikut :
1.        Bagaimana tanggapan responden mengenai promosi yang dilakukan The Body Shop ?
2.        Bagaimana tanggapan responden mengenai keputusan pembelian terhadap produk The Body shop ?
3.        Seberapa besar pengaruh promosi terhadap keputusan pembelian produk The Body Shop ?

1.3.Tujuan Penelitian
Sesuai rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai beriku :
1.        Untuk mengetahui tanggapan responden mengenai promosi yang dilkukan The Body Shop
2.        Untuk mengetahui tanggapan responden mengenai keputusan pembelian pada produk The Body Shop
3.        Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh promosi terhadap keputusan pembelian produk The Body Shop






BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Promosi

Komunikasi pemasaran (marketing communication) atau lebih dikenal dengan promosi adalah sarana dimana perusahaan berusaha menginformasikan, membujuk, dan  mengingatkan konsumen secara langsung maupun tidak langsung tetang produk dan merej yang dijual. Intinya komunikasi pemasaran mempresentasikan “suara” perusahaan dan mereknya serta merupakan sarana di mana perusahaan dapat membuat dialog dan membangun hubungan dengan konsumen. (Kotler, 2009)
Menurut Kotler (2009) terdapat delapan bauran komunikasi pemasaran, yaitu :
1.      Iklan
Semua bentuk terbayar dari presentasi nonpersonal dan promosi ide, barang atau jasa melalui sponsor yang jelas.
2.      Promosi penjualan
Berbagai insentif jangka pendek untuk mendorong percobaan atau pembelian produk atau jasa.
3.      Acara dan Pengalaman
Kegiatan dan program yang disponsori perusahaan yang dirancang untuk menciptakan interaksi harian atau interaksi yang berhubungan dengan merek tertentu.
4.      Hubungan masyarakat dan Publisitas
Beragam program yang dirancang untuk mempromosikan atau melindungi cara perusahaan atau produk individunya.
5.      Pemasaran langsung
Penggunaan surat, telepon, facsimile, e-mail, atau internet untuk berkomunikasi secara langsung dengan atau meminta respons atau dialog dari pelanggan dan prospek tertentu.
6.      Pemasaran interaktif
Kegiatan dan program online yang dirancang untuk melibatkan pelanggan atau prospek dan secara langsung atau tidak langsung menigkatkan kesadaran, memperbaiki citra, atau menciptakan penjualan produk dan jasa.
7.      Pemasaran dari mulut ke mulut
Komunikasi lisan, tertulis, dan elektronik antar masyarakat yang berhubungan dengan keunggulan atau pengalaman membeli atau menggunakan produk atau jasa.
8.      Penjualan personal
Interaksi tatap muka dengan satu atau lebih pembeli prospektif untuk tujuan melakukan presentasi, menjawab pertanyaan, dan pengadaan pesanan.

Pada intinya promosi adalah kegiatan interaksi antara produsen dan konsumen dalam memberikan keterangan mengenai produk maupun jasa yang ditawarkan. Dari beberapa jenis bauran komunikasi pemasaran atau promosi yang lebih efektif adalah promosi dari mulut ke mulut karena promosi tersebut sesuai dengan kenyataan dan pengalaman konsumen mengenai produk ataupun jasa yang ditawarkan, selain itu promosi dari mulut ke mulut lebih hemat biaya.
Menurut Alma dalam Hurriyati (2010) pengertian promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran yang merupakan aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi atau membujuk, dan atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan.





BAB III
PROFIL PERUSAHAAN

3.1.  Sejarah The Body Shop

The Body Shop didirikan oleh Dame Anita Roddick, seorang wanita Inggris yang juga merupakan aktivis hak asasi manusia. Menurutnya, “Bisnis dari sebuah bisnis harus menjadi lebih dari sekedar mengumpulkan uang, tetapi juga harus bertanggung jawab. Harus menjadi bermanfaat terhadap masyarakat, dan bukan hanya ketamakkan pribadi saja”. Toko pertama The Body Shop dibuka pertama kali pada tanggal 26 Maret 1976 di Bringhton, daerah Selatan pantai Inggris. Pada saat ini, The Body Shop telah memiliki lebih dari 2.500 toko di 65 negara, dan telah menghasilkan lebih dari 1.200 produk. (Fatimah, 2012 :41).
The Body Shop bukan sekedar bisnis biasa karena memiliki prinsip yang berbeda dengan bisnis kosmetik lainnya. Dengan filosofinya, "Nature’s Way to Beautiful‟, memberitahukan kepada pelanggannya bahwa cantik itu berasal dari alam dan juga dari dalam tubuh manusia itu sendiri. Hal tersebut terlihat dari keuntungan yang ditawarkan oleh perusahaan ini. Ia tidak menjanjikan akan mengubah wajah seseorang dalam waktu tertentu atau dengan menipu pelanggannya. Tetapi menawarkan dua keuntungan yang tidak diberikan oleh perusahaan kosmetik lainnya, yaitu : membeli produk kosmetik alami dan mendapatkan gratis keadilan sosial. (Fatimah, 2012 :41-42).
Yayasan etik dari The Body Shop.
         Dame Anita Roddick, yang mendirikan perusahaan tersebut pada tahun 1976 pada usia 34 tahun, mengatakan bahwa motivasi awalnya untuk perusahaan tersebut hanyalah mencari nafkah untuk dirinya sendiri dan kedua putrinya saat suaminya bepergianTapi sebagai seseorang yang telah melakukan perjalanan secara luas, dia mulai melakukan berbagai hal secara berbeda, mengandalkan bahan-bahan alami dan minat pelanggannya terhadap lingkungan.
         "Mengapa membuang-buang wadah saat Anda bisa mengisinya? Mengapa membeli lebih banyak dari yang bisa Anda gunakan? Kami berperilaku seperti dia (ibu saya) lakukan dalam Perang Dunia Kedua, kami menggunakan kembali segalanya, kami mengisi ulang semuanya dan kami mendaur ulang semua yang kami bisa. .
"Landasan aktivis lingkungan The Body Shop lahir dari gagasan seperti ini,"tulisnya.
Logo The Body Shop :

Gambar diatas merupakan logo dari The Body Shop. Dimana logo tersebut berwarna hijau tua yang jika kita lihat, warna hijau tersebut melambangkan warna alam dan lingkungan yang sesuai dengan prinsip The Body Shop, go green, walaupun menggunakan bahan-bahan dari alam tetapi juga berupaya untuk melindungi alam dan lingkungan ini. Logo tersebut juga sesuai dengan slogan The Body Shop yaitu: Nature’s Way to Beautiful. (Fatimah, 2012 : 42-43).
The Body Shop masuk ke Indonesia pada tahun 1992 dengan sistem franchise, berada di bawah naungan PT. Monica Hijau Lestari yang berlokasi di Jalan Prof. Dr. Satrio blok A3/5, CBD Bintaro Jaya sektor 7, Tangerang. The Body Shop secara resmi membuka toko pertamanya di Pondok Indah Mall, Jakarta Selatan. Dengan pemikiran bahwa masyarakat yang peduli terhadap isu lingkungan adalah mereka yang umumnya berada di status sosial dan pendidikan relatif tinggi, ditambah kalangan ekspat, pemikiran tersebutlah yang melandasi dibukanya toko pertama di Pondok Indah Mall tersebut. Dan toko kedua dibuka di Citraland, dapat dikatakan tidak ada satupun yang mengenal The Body Shop di mall ini. Namun, mall ini dinilai prospektif dan dikunjungi anak-anak muda, sehingga The Body Shop memberikan tester secara gratis pada waktu itu. Dan saat ini Indonesia sudah memiliki 76 toko The Body Shop. (Fatimah, 2012 : 57-58)
The Body Shop Indonesia mempunyai program berkomitmen yang disebut perkantoran hijau (green office) dimana kebijakan mengenai perilaku hijau (green behavior) diatur secara ketat. Upayanya adalah untuk mengurangi jumlah sampah, hemat energi, mendorong perilaku hijau 7 (green behavior), mengubah sampah makanan menjadi kompos, menambah lebih banyak lubang infiltrasi biopore. Dan hal yang paling penting adalah kebijakan „No Styrofoam in The Office‟ yang menunjukkan komitmen The Body Shop Indonesia untuk melarang barang-barang yang sulit diolah dan sumber polusi yang berat. Karena kebijakan yang ketat dan usaha semua staf, The Body Shop Indonesia memenangkan kompetisi Green Office pada tahun 2009. (Company profile The Body Shop Indonesia, 2011)

3.2.  Visi dan Misi The Body Shop

3.2.1.      Visi
Menjadi brand kecantikan yang dikenal sebagai brand yang ramah lingkungan dan etis, serta menyediakan beragam pilihan produk alami yang efektif dengan pelayanan yang baik.


3.2.2.      Misi
1.       Kepada Pelanggan
Merebut dan memenangkan hati serta pikiran pelanggan dengan menyediakan produk yang menunjang gaya hidup terkini dan menciptakan kesan yang mendalam, di setiap pasar yang kita masuki.
2.       Kepada Lingkungan
Menjadi contoh sebagai warga negara yang baik dalam mematuhi peraturan pemerintah dan mengambil peran dalam masyarakat.
3.       Kepada Pemegang Saham
Meningkatkan nilai tambah bagi pemegang saham dengan kinerja keuangan yang kokoh dan berkelanjutan.
4.       Kepada Karyawan
Membangun lingkungan kerja yang menyenangkan dan penuh penghargaan bagi karyawan yang mampu bekerja dengan sepenuh hati dan pikiran, dapat diandalkan serta bertanggung jawab.
5.       Kepada Mitra Kerja
Membangun dan mengembangkan hubungan berdasarkan kemitraan strategis.











3.3.  Struktur Organisasi The Body Shop
Struktur organisasi The Body Shop, yaitu sebagai berikut :